Kisah Perjuangan Dokter yang Harus Membedah Perutnya Sendiri! - Pada 29 April 1961 sebuah tim ekspedisi Rusia yang sedang melakukan misi di Antartika mengalami masalah yang sangat serius. Leonid Rogozov, satu-satunya dokter di antara 11 orang tim ekspedisi mengalami mual, demam dan sakit di bagian perut bawah sebelah kanannya. Awalnya semua bantuan medis sudah dilakukan, namun ternyata penyakitnya kian parah.
www.bbc.com
Menjadi seorang ahli bedah, Leonid Rogozov tidak memiliki kesulitan dalam mendiagnosis penyakitnya saat itu, dia sudah menyadari bahwa usus buntunya mengalami infeksi dan kondisinya sudah sangat kritis. Leonid Rogozov sempat akan dibawa ke rumah sakit terdekat namun gagal karena badai salju saat itu memaksa mereka untuk menghentikan perjalanan, belum lagi jarak yang harus ditempuh menuju rumah sakit lebih dari 1.600 km. Buruknya lagi jika mengharap bantuan, perjalanan dari Rusia ke Antartika memakan waktu hingga 36 hari di laut, dan kapal tidak akan kembali untuk satu tahun lagi, sementara pilihan untuk terbang itu mustahil karena badai salju yang saat itu terjadi.
Kini hanya ada dua pilihan, Leonid Rogozov harus pasrah menunggu mati atau dia harus membedah perutnya sendiri. "Dia dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit, hidup atau mati. Dia tidak bisa berharap bantuan dari luar dan pilihan satu-satunya adalah mengoperasi dirinya sendiri," kata Vladislav, anak Leonid Rogozov seperti yang dilansir dari bbc.com.
Tentu saja itu bukanlah pilihan yang mudah bagi dokter yang berusia 27 tahun (pada saat itu), dia masih ragu untuk mengambil pilihan yang kedua sementara keadaannya kian kiritis dan dia juga tau jika terus dibiarkan dirinya bisa mati kapan saja. Akhirnya Leonid Rogozov mengambil langkah, dia memutuskan untuk membedah perutnya sendiri agar bisa memperbaiki kondisi usus buntunya yang infeksi itu daripada mati karena tidak melakukan apa-apa.
www.bbc.com
"Saya sama sekali tidak tidur tadi malam. Rasanya benar-benar sakit! Seperti sedang dicabik-cabik oleh 100 serigala. Saat itu saya tidak tahu apakah saya sudah mengambil langkah yang tepat, tapi bagi saya lebih baik membedah perut saya sendiri walau cara itu tidak terdengan manusiawi daripada berlipat tangan dan menyerah," itulah tulisnya dalam buku harian miliknya.
Leonid Rogozov sudah mengatur bagaimana dia akan memulai untuk mengoperasi perutnya sendiri dibantu dengan rekan-rekannya saat itu. Ada yang membantunya untuk menyerahkan alat-alat operasi, ada yang mengatur posisi lampu dan ada yang mengarahkan cermin kepadanya agar dia bisa melihat pantulan isi perutnya.
"Dia begitu sistematis, dia bahkan memerintahkan mereka apa yang harus dilakukan jika nantinya dia kehilangan kesadaran, bagaimana menyuntikannya dengan adrenalin dan melakukan ventilasi buatan, saya tidak berpikir persiapannya begitu baik," kata Vladislav.
Rogozov mulai memberikan anestesi lokal dengan larutan novocaine 0,5%. Kemudian dia membedah perutnya, menyayat daging perutnya sepanjang 10-12 cm dan membuka peritoneum (ruang di dalam perut bagian bawah).
www.bbc.com
"Awalnya saya takut. Tapi ketika saya mengambil jarum dengan novocaine dan melakukan suntikan pertama, entah bagaimana saya secara otomatis beralih ke mode operasi, dan sejak saat itu saya langsung beraksi," ungkapnya lagi di buku hariannya.
Awalnya Rogozov berniat menggunakan cermin untuk membantunya melakukan operasi tetapi dia menemukan pemandangan yang terbalik dan terlalu banyak gangguan, akhirnya dia pun harus meraba organ perutnya tanpa menggunakan sarung tangan. Saat dia mencapai bagian akhir dan bagian paling sulit dari operasinya, dia hampir kehilangan kesadaran. Dia mulai takut jika dia akan gagal di rintangan terakhir.
"Pendarahannya cukup berat, tapi saya mengambil waktu untuk istirahat, saya membuka peritoneum, saya cedera usus buntu dan harus menjahit itu. Saya merasa lebih lemah dan lebih lemah, kepala saya mulai pusing setiap empat sampai lima menit, saya saya harus beristirahat selama 20 -. 25 detik. Dan terlihatlah penyakitnya! Dengan horor Saya melihat noda gelap pada usus buntu itu, saya dapat memperkirakan sehari lagi usus buntu saya itu akan hancur!"
Akhirnya Rogozov bisa menyelesaikan sampai akhir operasinya, sebelum dia meminta izin untuk beristrirahat, Rogozov menginstruksikan rekan-rekannya untuk segera mencuci instrumen bedah dan merapikan kembali ruangannya, kemudian Rogozov mengambil beberapa antibiotik dan obat tidur.
www.bbc.com
Baca juga:
- Kecanggihan Teknologi Menjadikan Pria Ini Bisa Hidup Walau Tanpa Jantung!
- Eksperimen Pria Ini Sukses, Kini Tubuhnya Kebal Racun dan Bisa Ular!
Leonid Rogozov kembali sehat dan melakukan tugasnya secara normal dua minggu setelahnya."Yang paling penting dia merasa lega karena dia memiliki kesempatan lain untuk hidup," kata Vladislav. Benar-benar kisah perjuangan untuk bertahan hidup!