Terbukti Bisa Mengobati Kanker, Penemuan Anak Bangsa Ini Ditolak di Indonesia tapi Diapresiasi di Negara Lain! - Apa Anda masih ingat berita heboh tentang penemu teknologi anti kanker yang tidak diakui oleh pemerintah bahkan klinik pengobatan kankernya pun dipaksa tutup oleh pemerintah Indonesia? Dialah Profesor Warsito Purwo Taruno, seorang anak bangsa yang dengan penemuannya sukses menciptakan teknologi Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) dan telah terbukti ampuh mengobati beberapa penderita kanker di Indonesia.
www.viva.co.id
Jika di Indonesia, di negaranya sendiri tidak dihargai, ditolak, bahkan dirinya sempat dikucilkan oleh Asosiasi Dokter di Indonesia, penemuan Warsito justru sangat diapresiasi di negara lain. Warsito sudah sempat pergi ke Polandia untuk mengadakan pelatihan internasional ECCT pertama sebagai pengobatan kanker.
“Warsawa adalah kota lahir dari Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang memenangkan dua kali Hadiah Nobel, pelopor radio-terapi 100 tahun yang lalu. Sekarang, kami mulai pelatihan internasional ECCT pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama di mana Curie Institute of Oncology, Warsawa didirikan.” itulah kalimat Warsito yang dikutip dari laman Facebooknya saat dia mengunggah sebuah foto dengan latar belakang tulisan Polandia, Kamis (11/2/2016).
Bahkan penemuan Warsito mengenai ECCT mendapat apresiasi dari Jepang dalam pertemuan tahunan dan diskusi ilmiah antara klinisi dan peneliti ilmu dasar di Jepang. Hasil uji klinis terhadap ECCT yang bisa mematikan sel kanker itu dipresentasikan pada acara The 19th Annual Meeting of The Society of Biotherapeutic Approach, diadakan di Tokyo University of Science.
Dilansir dari Viva.co.id, pria yang sukses meraih gelar doktor (Ph.D) Teknik Elektro di Shizouka University Jepang ini juga sedang dinanti-nantikan kehadirannya di banyak negara untuk memberi pelatihan mengenai penemuannya tentang teknologi anti kanker, ECCT. “Yang sekarang lagi menunggu yaitu Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi, India juga,” kata Warsito.
Mengapa hal seperti ini sering kali terjadi? Mau berapa lagi anak bangsa berprestasi yang akan melarikan diri ke negara lain karena tidak dihargai oleh Indonesia, negaranya sendiri?
Mengapa hal seperti ini sering kali terjadi? Mau berapa lagi anak bangsa berprestasi yang akan melarikan diri ke negara lain karena tidak dihargai oleh Indonesia, negaranya sendiri?