Home » , » Plus Minus Belajar dan Tinggal di Pondok Pesantren

Plus Minus Belajar dan Tinggal di Pondok Pesantren

Plus Minus Belajar dan Tinggal di Pondok Pesantren - Semua orang tua pasti ingin memiliki anak yang baik dan berakhlak mulia. Untuk menjadikan anak tumbuh menjadi sosok yang baik diperlukan pendidikan agama sejak dini. Berbagai upaya pun dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya, ada orang tua yang lebih memilih untuk mendidik anaknya sendiri di samping memasukannya ke sekolah, ada pula orang tua yang mempercayakan anaknya untuk dididik 24 jam kepada yayasan yang dipercaya, misalnya saja pondok pesantren. 

Namun benarkah memasukan anak ke pesantren lebih menjanjikan anak tumbuh menjadi lebih baik? Bagi orang tua yang ingin memasukan anaknya ke pesantren atau bagi adik-adik yang ingin masuk ke pesantren, atau pun bagi Anda semua yang penasaran bagaimana kehidupan di pesantren, berikut ini akan kami beri gambaran plus minus apa saja yang terjadi di balik dinding pondok pesantren pada umumnya, dan apa saja pandangan salah kaprah tentang alumni pesantren yang sering terjadi di masyarakat.

Plus Minus Belajar dan Tinggal di Pondok Pesantren
www.santrigaul.net

 

Kelebihan Belajar Di Pondok Pesantren

 

1. Pendidikan agama

Semua pasti setuju dengan alasan yang satu ini, di pesantren pendidikan agama paling diutamakan daripada pelajaran umum. Di pondok pesantren modern memang disediakan kurikulum belajar untuk mata pelajaran umum, tapi hanya sedikit sekali jamnya dan lebih diutamakan diisi dengan pelajaran perhitungan, misalnya saja MM atau fisika. Sedangkan untuk pelajaran yang biasanya teori tanpa perhitungan misalnya sejarah dan geografi, bagi sebagian pesantren itu tetap dimasukan ujian tapi siswa (santri) mempelajarinya sendiri. Kalau pun ada dimasukan pada jadwal pelajaran sekolah, standart jamnya berbeda dengan sekolah umum, misalnya pelajaran PPKN yang biasanya di sekolah umum dipelajari selama 2 jam bisa saja di pondok pesantren hanya 1 jam. Hal itu ditetapkan agar mata pelajaran pondok yang berhubungan dengan agama dan bahasa arab lebih padat dari pada pelajaran umum.

 

2. Bimbingan belajar 24 jam

Ini juga merupakan kelebihan tinggal di pondok pesantren dari pada di rumah, jika di kehidupan luar siswa hanya bisa bertanya pada jam sekolah beda halnya dengan kehidupan di pondok pesantren. Di pondok pesantren santri bisa bertanya kepada guru walau pun itu di luar jam sekolah, tanya jawab pelajaran dipermudah lagi karena biasanya untuk guru yang masih belum menikah mereka akan tinggal di asrama bersama santri, tapi tentu saja di kamar khusus untuk para guru.

 

3. Melatih disiplin

Tinggal di pesantren sangat berbeda dengan tinggal di rumah sendiri, jika di rumah sendiri kita bebas melakukan apa pun, hal itu tidak berlaku jika kita tinggal di pesantren. Di pesantren itu sangat banyak aturan, sangat banyak larangannya. Untuk mengawasi para santri agar selalu menaati aturan, pondok pesantren memberi tugas kepada kakak kelas (sunior) untuk selalu mengawasi junior. Setiap hari berbagai pelanggaran pasti selalu terjadi, sunior yang sudah diangkat sebagai pengurus pesantren akan memberi hukuman kepada junior yang melanggar aturan.

Hukumannya bermacam-macam, ada yang diperintahkan untuk membersihkan asrama, WC, ada juga yang dihukum dengan kekerasan, misalnya saja dipukul pakai rotan, kayu atau alat pukul lainnya, hukuman-hukuman seperti itu sudah sangat wajar dialami bagi santri junior laki-laki maupun perempuan. Salah satu aturan yang pasti berlaku pada setiap pondok pesantren adalah tepat waktu untuk bangun tidur dan berangkat ke masjid, jika Anda terlambat, bersiap-siaplah hukuman menanti.

Di pondok pesantren juga melakukan sesuatu harus antri, mandi harus mengantri, mencuci harus mengantri, menyetrika pakaian harus mengantri, ambil nasi dan lauk pauk juga mengantri. Intinya kehidupan pesantren itu sangat teratur.

 

4. Melatih kemandirian

Ini sudah pasti karena anak harus berjauhan dengan orang tua dan tanpa wali, keadaan seperti ini tentu menuntut anak untuk mandiri. Setiap pesantren biasanya sudah menyediakan "tukang masak" untuk semua santri bahkan bagi para ustadz/ah yang masih belum berkeluarga dan tinggal di asrama, tapi jangan harap pesantren akan menyediakan jasa laundry untuk santrinya. Santri harus mencuci pakaian dan menyetrika sendiri. Selain urusan masak, santri dilatih untuk mandiri.

 

5. Terbiasa mudah menghafal

Di pondok pesantren santri sangat dituntut untuk bisa menghafal berbagai macam pelajaran dalam bentuk bahasa arab, buku hafalan akan menjadi sahabat terdekat santri di pesantren. Karena begitu banyak hafalan, banyak santri yang terancam nilainya jika dia tidak bisa melunasi semua hafalan yang diberikan oleh guru. Karena tuntunan inilah biasanya walaupun sudah tamat dari pesantren, alumni pesantren lebih mudah untuk menghafal pelajaran apapun. Menghafal pelajaran dalam bentuk teori itu sudah hal yang biasa.

 

6. Menghargai kebersamaan dan lingkungan

Santri hidup berjauhan dari orang tua, bahkan setiap bulannya belum tentu ada kunjungan untuk mereka dari keluarga. Kehidupan seperti ini tentu saja membuat para santri saling menjaga kebersamaan, rasa saling membutuhkan, lebih tepatnya posisi teman kini berubah menjadi keluarga.

 

8. Lingkungan pergaulan terjaga

Ini merupakan salah satu alasan yang paling banyak dipertimbangkan oleh orang tua yang ingin memasukan anaknya ke dalam pondok pesantren. Tinggal di dalam asrama dan selalu diawasi oleh berbagai aturan tentu saja tidak membuat kehidupan anak bebas. Jika di luar sana banyak orang tua yang resah memikirkan pergaulan anaknya, dengan memasukan anak ke pesantren orang tua tidak perlu lagi khawatir tentang pergaulan-pergaulan buruk anak mereka.

 

Kekurangan Belajar Di Pondok Pesantren

 

1. Tertinggal dalam perkembangan teknologi

Selain kurikulum di pondok pesantren yang sangat mengutamakan pendidikan agama, seperti yang sudah disebutkan tadi, pesantren sangat ketat dengan berbagai aturan. Salah satu aturan yang sangat terkenal di lingkungan pesantren adalah larangan membawa alat elektronik kecuali jam tangan. Hal ini tentu saja membuat santri kekurangan informasi dalam perkembangan teknologi di luar sana, jangankan laptop bahkan Hp pun dilarang. Santri hanya boleh menggunakan fasilitas yang disediakan pondok pesantren secara terbatas.

 

2. Banyak kegiatan tapi kurang waktu tidur

Ini sangat sering dialami pada setiap santri, bahkan hampir semua santri pasti pernah mengalami hal ini. Banyaknya kegiatan dan hafalan di pesantren membuat santri harus mengorbankan jam tidur mereka, hal ini sebenarnya berakibat buruk di siang hari karena banyak santri yang mengantuk saat jam sekolah maupun waktu shalat. Biasanya bagi santri yang sering ketauan tidur oleh rekan-rekannya akan dijuluki tukang tidur atau bahasa arabnya Abu Naum untuk laki-laki dan Ummu Naum  untuk perempuan. Selain itu, akibat yang lebih berbahaya adalah efek kesehatan bagi anak Anda. Kurang tidur di usia muda bisa berefek buruk pada kesehatan hingga usia tua.

 

3. Rentan dengan penyakit gatal

Awalnya saya berpikir ini hanya terjadi di satu pesantren saja, tapi setelah pergaulan saya yang semakin berkembang dan banyak berteman dengan orang-orang yang juga pernah bersekolah di pesantren, ternyata penyakit gatal memang banyak dialami oleh para santri di berbagai pesantren di Indonesia. Bahkan ada juga rekan saya yang mengatakan bahwa di pesantren mereka menganggap penyakit gatal merupakan "penyakit kutukan pesantren", tidak sah menjadi santri kalau belum kena penyakit gatal.

Anehnya, jenis penyakit gatalnya juga sama, bukan disebabkan oleh jamur tapi kuman, biasanya diawali dengan gejala gatal kemudian bernanah hingga meninggalkan bekas koreng yang hitam, ini bisa terjadi untuk santri laki-laki maupun perempuan. Biasanya santri mengalami penyakit gatal ini di area kaki, betis hingga paha. 

 

4. Rentan mengidap atau tertular Homoseksual

Sebenarnya ini merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan, semua juga pasti tau di pondok pesantren ada peraturan yang paling ketat yaitu larangan santri untuk berpacaran. Walaupun ini sudah menjadi peraturan, namanya juga masa remaja masih banyak santriwan/santriwati yang mencuri-curi waktu untuk berpacaran jarak jauh, misalnya saja surat-suaratan, masih jaman ya surat-susatan? Di pondok pesantren ya masih jaman donk, karena ada larangan untuk bawa Hp. Biasanya ini terjadi di pondok pesantren yang menerima siswa laki-laki maupun perempuan. Walaupun begitu, pesantren tetap memisahkan kelas dan asrama hingga santriwan dan santriwati hanya bertemu di saat acara tertentu saja atau hanya bisa berpandang-pandangan dari kejauhan. Namun tidak jarang sebagian pesantren juga masih sering melibatkan acara gabungan untuk santriwan dan juga santriwati, misalnya saja saat upacara bendera, pentas seni seperti panggung gembira atau acara-acara penting lainnya. Saat itulah biasanya para santri saling bercuri pandang.

Bagi santri yang ketauan surat-suratan atau berbicara denga santri yang berlawanan jenis kecuali guru bisa dihukum berat, apa hukumannya? Bagi santriwan akan dibotak atau dicepak (rambutnya dicukur tapi tidak beraturan dan masih meninggalkan sisa-sisa rambut) dan bagi santriwati harus menggunakan jilbab berwarna merah setiap saat, itu menandakan pelanggaran berat bagi santri perempuan.

Homoseksual menjadi rahasia umum yang sering terjadi di lingkungan pondok pesantren, ini disebabkan karena sebagian pondok pesantren yang benar-benar sangat melarang interaksi antara laki-laki dan perempuan, bahkan ada pesantren yang memang hanya menerima santri laki-laki atau hanya santri perempuan saja, dari situlah terjadinya masalah kejiwaan ini. Buruknya, gay dan lesbian itu bisa menular.

Tapi perlu diketahui juga, homoseksual yang terjadi di lingkungan pesantren biasanya masih berada di tingkat yang tidak parah, tidak di level hingga melakukan hubungan intim. Kebanyakan yang terjadi hanya di level saling suka, perpegangan tangan, pada sebagian santri ada yang merasa seperti deg-degan seolah sedang disentuh oleh lawan jenis. Sindrom ini sering terjadi di kalangan sunior yang sudah dua tahun atau lebih berada di lingkungan pesantren tanpa pernah berinteraksi dengan lawan jenis. Biasanya sindrom ini juga sembuh dengan sendirinya saat santri sudah keluar dari pondok pesantren.

 

5. Lemah di perhitungan

Walau pun tidak semua, umumnya anak pesantren biasanya memang lemah dalam pelajaran perhitungan. Hal ini juga sudah banyak diketahui, saat mereka pindah ke sekolah umum, sangat terlihat perbedaan kemampuan mereka jika bersaing dalam pelajaran hitung menghitung. Di balik itu, anak pesantren terkenal dengan kemampuan mereka dalam menghafal.

 

6. Harus siap hidup sederhana

Peraturan yang tidak membolehkan untuk membawa alat elektronik tentu saja membuat santri harus terbiasa dengan hidup yang serba sederhana, mereka hanya boleh menggunakan fasilitas umum yang disediakan pesantren dengan kualitas yang seadanya.

 

7. Tidak bisa fashionable

Hal ini juga berkaitan dengan peraturan yang ditetapkan pesantren. Tidak hanya untuk santri laki-laki, santri perempuan pun hanya diperbolehkan berdandan dan berpenampilan seadanya. Untuk santri laki-laki, memakai celana berbahan jins pun dilarang, padalahal kalau mau dibahas, banyak para ustadz gaul di luar sana yang menggunakan jins. Apakah ini hanya peraturan pesantren atau ada kaitannya dengan syariat islam? Anda bisa menjawab atau mencari tau sendiri jawabannya karena saya tidak mau membahas persolan itu di sini lebih dalam.

 

8. Tidak ada privasi

Hidup di dalam pondok pesantren tidak ada yang namanya privasi, hal ini dibuktikan dengan sunior yang sering diberi tugas oleh ustadz/ah untuk memeriksa tas sekolah, bahkan lemari dalam rangka razia dan menyita barang-barang yang dianggap tidak diperbolehkan untuk dibawa ke dalam lingkungan pesantren. Misalnya saja penyitaan alat elektronik, surat cinta, pakaian yang berbahan dasar jins dan juga masih banyak barang-barang lainnya. Jadi, tidak ada yang namanya privasi atau sesuatu yang dirahasiakan. Sunior atas perintah ustadz/ah harus melakukan razia di waktu-waktu tertentu.

 

Salah Kaprah Anggapan Tentang Alumni Pesantren

 

1. Anak pesantren itu lebih baik dan lebih berakhlak

Ini tidak sepenuhnya benar, di dalam lingkungan pesantren masih banyak fitnah sesama teman atau antara junior dan senior, kasus kehilangan uang dan yang paling sering adalah kehilangan sandal. Walau sudah hidup di pesantren, walau pun sudah tau hukum dosa mengambil barang orang lain, tapi kejadian-kejadian seperti kehilangan pakaian masih sering terjadi di jemuran, hal itu menjadi bukti bahwa tidak selamanya anak pesantren itu berakhlak mulia.

Selain itu tidak jarang terjadi anak yang sudah tamat dari pesantren malah mengikuti pergaulan bebas. Bagi anak perempuan ada yang melepas jilbab dan bergaul dengan bebas. Bahkan ada juga alumni pesantren yang shalatnya jadi bolong-bolong. Jadi, itu semua tidak bisa dijadikan jaminan.

 

2. Tidak semua anak pesantren itu pintar dalam bahasa inggris

Banyak yang beranggapan anak pesantren itu menguasai beberapa bahasa, yaitu bahasa arab dan inggris. Penguasaan bahasa arab mungkin memang bisa diacungkan jempol, itu karena memang sangat jarang anak-anak di luar pesantren yang bisa berbicara lancar bahasa arab selain anak-anak dari pondok pesantren. Tapi beda halnya dengan penguasaan dalam bahasa inggris, peraturan di pesantren memang mewajibkan santri untuk berbicara bahasa arab dan inggris, bahkan mereka harus mengingat kosa kata baru dan harus segera mempraktekannya walau bahasanya bercampur-campur antara bahasa indonesia dan bahasa arab maupun inggris. Karena itulah yang menyebabkan mereka  kurang memahami grammar, karena memang di pondok pesantren lebih mengutamakan conversation.

 

3. Angggapan bahwa pesantren disediakan untuk anak-anak bandel

Sebagian orang ada yang beranggapan pesantren itu disediakan untuk anak-anak bandel, anggapan seperti itu benar-benar salah besar. Pesantren tidak disediakan untuk anak-anak bandel tapi untuk anak-anak yang ingin mencari ilmu agama yang lebih dalam. Bahkan banyak santriwan maupun santriwati yang berasal dari keluarga terhormat di kampung halamannya, misalnya dari keluarga yang fanatik agama dan juga keluarga kaya. Anggapan pesantren disediakan untuk anak-anak bandel itu mungkin disebabkan karena ada sebagian anak-anak pesantren yang sudah lulus tapi malah jadi anak bandel, tergejut melihat kebebasan di dunia luar, tapi itu tidaklah semua.

Begitulah Plus Minus Belajar Di Pondok Pesantren, mungkin ada beberapa poin yang tidak berlaku secara keseluruhan karena tentunya masing-masing pesantren memiliki kebijakan dan peraturan sendiri. Artikel ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa rekan yang juga sudah pernah mondok di berbgai pesantren terkenal di pulau Sumatera dan Jawa. Semoga artikel ini bermanfaat.

Baca juga: